SYAHDAN pesohor Nicole Kidman, lahir di Honolulu, Hawai, 20 Juni 1967, mendapatkan catatan aneh yang bertuliskan, “Lindungi bakatmu!”, saat ia terlibat dalam produksi panggung sekolahan film, dimana ia belajar film. Catatan itu ada, setelah Nicole membintangi film “Billy Bathgate” dan “Malice” yang kualitasnya mengecewakan. Catatan itu datang dari seorang teaterawan kawakan dan sutradara film Jane Campion (sutradara pemenang Oscar untuk film “The Piano”). Jane melihat bahwa ‘bakal artis’ Nicole bisa layu kalau terus membintangi film-film seperti “Bathgate” dan “Malice”.
“Saya sama sekali tidak mengerti catatan itu,” kata Nicole. “Saya hanya berpikir, ‘Well, bagaimana saya akan melindungi bakat itu?’ Saya berlalu dari sana dan bekerja. Sekarang saya mengerti apa yang dia katakan!” Tentang Jane, Nicole berkata, “Jane adalah pembakar semangat saya. Ia selalu mengingatkan untuk tidak bersikap setengah-setengah dalam melakoni bidang film.”
Pasca catatan ‘Lindungi bakatmu!” itu, Nicole berusaha keras mendapatkan peran yang sekiranya dapat mengatrol kebintangannya. Syukur-syukur, peran itu bisa mengeksploitasi bakat aktingnya. Kesempatan pun datang. Ada kabar bahwa sutradara Gus Van Sant akan memfilmkan “To Die For” (1995). Ia menginginkan dengan sangat peran dalam film itu, seorang Suzanne Stone Maretto, reporter TV yang mempunyai kelainan jiwa. Satu saja alasannya. Feeling Nicole merasakan, sutradara ini akan memberi kontribusi berarti pada kebintangannya. “To Die For”, diyakini betul oleh Nicole akan ‘melindungi bakat aktingnya’.
“Ketika saya mendengar tentang peran Suzanne di film “To Die For”, saya berpikir, bahwa saya tidak akan mendapatkannya. Itu (peran Suzanne) akan ditawarkan kepada seseorang. ‘So, saya menelepon Gus (Van Sant) di rumahnya dan ia melayani telepon saya. Saya katakan kepadanya bahwa saya pernah menonton filmnya “Drugstore Cowboy’ dan saya benar-benar menginginkan untuk bekerja sama dengannya. Saya berkata bahwa saya ditakdirkan untuk bekerja dengannya,” kata Nicole. Selama 30 menit pembicaraan lewat telepon itu, segala daya rayuan dikeluarkan Nicole. Segala puji-puji atas film-film karya Gus, dilontarkan semelambung mungkin. Alhasil, Gus mempercayakan peran Suzanne kepada Nicole.
Film itu membawanya mendapatkan perhargaan Golden Globe. Jauh lebih penting, ia pun mendapatkan peran Dr. Chase Meridian dalam film “Batman Forever” (1995). Nic, begitu biasa ia disapa, bermain pula di film “Portrait Of A Lady” arahan sutradara Jane Campion, pementor keartisannya itu.
Berikutnya film-film yang dibintangi Nic yang menjadi catatan para kritisi adalah film “The Peacemaker”, “Eyes Wide Shut”, dan “Moulin Rouge!”. Puncaknya “The Hours”, dimana dia mendapatkan Oscar (2002) pertamanya sebagai penulis novel yang mengalami depresi berat bernama Virginia Woolf.
Prestasi gemilang yang dicatatnya itu lebih diartikan sebagai ketaatannya mendengar nasehat Jane Campion ,”Lindungi Bakatmu!”
Berkah Yang Tersembunyi
TERKADANG orang menganggap bahwa Nicole Kidman, menjadi bagian bintang papan atas Hollywood lebih dikarenakan faktor Tom Cruise. Ia lebih terkesan sebagai Nyonya Cruise daripada seorang Nicole Kidman. Sehingga orang mengasosiasikan perceraiannya (2001) dengan Tom sekaligus akan mengakhiri kariernya sebagai bintang.
Nyatanya, bukan itu kenyataannya. Perceraian itu bahkan menghasilkan sebuah berkah yang tersembunyi. A blessing in disguise! Pada saat bersamaan, pada saat kondisi Nicole sedang pada situasi sulit atas perceraian dengan Cruise itu, Nicole harus shooting film “The Hours” (dibuat tahun 2001, dirilis tahun 2002), memerankan tokoh Virginia Woolf yang gelisah dalam hidupnya (dibuat tahun 2001, dirilis tahun 2002). Situasi sulit itu, nyatanya membantu Nicole dalam mentranformasikan diri ke dalam peran seorang penulis Inggris yang sedang mengalami depresi berat itu.
Peran itu pulalah yang menegaskan bahwa betapa ia bisa tegar, kuat, dan tampil sebagai sosok perempuan yang lebih bermartabat.
Sang sutradara “The Hours”, Stephen Daldry, semula pesimis Nicole mampu berperan pada situasi sulit akibat perceraian sang bintang. Tapi Stephen Daldry nampaknya lupa, bahwa secara emosional kondisi Nicole bahkan memungkinkan memerankan tokoh Virginia Woolf.
Belakangan film itu memberinya berbagai penghargaan. Selain sebagai aktris terbaik Oscar 2002, ia juga diganjar aktris terbaik oleh lembaga penghargaan seperti Golden Globe dan Bafta. Hebatnya lagi, bersamaan dengan perceraian itu, Nicole tidak hanya mampu berperan maksimal dalam film “The Hours”. Di tahun yang sama, ia juga melakukan shooting dan berperan dalam film “The Moulige Rouge” dan “The Others” (2001).
Dalam film terbarunya, “The Inerprefer”, Nicole berperan sebagai seorang pekerja PBB. Film yang juga di bintangi oleh pemenang Aktor Terbaik Oscar Sean Penn itu bisa menjadi pembuktian, seberapa kuat konsistensi Nicole pada nasehat Jane Campion “Lindungi Bakatmu!”. ***Gustiana/Hello! Dan sumber lainnya
“Saya sama sekali tidak mengerti catatan itu,” kata Nicole. “Saya hanya berpikir, ‘Well, bagaimana saya akan melindungi bakat itu?’ Saya berlalu dari sana dan bekerja. Sekarang saya mengerti apa yang dia katakan!” Tentang Jane, Nicole berkata, “Jane adalah pembakar semangat saya. Ia selalu mengingatkan untuk tidak bersikap setengah-setengah dalam melakoni bidang film.”
Pasca catatan ‘Lindungi bakatmu!” itu, Nicole berusaha keras mendapatkan peran yang sekiranya dapat mengatrol kebintangannya. Syukur-syukur, peran itu bisa mengeksploitasi bakat aktingnya. Kesempatan pun datang. Ada kabar bahwa sutradara Gus Van Sant akan memfilmkan “To Die For” (1995). Ia menginginkan dengan sangat peran dalam film itu, seorang Suzanne Stone Maretto, reporter TV yang mempunyai kelainan jiwa. Satu saja alasannya. Feeling Nicole merasakan, sutradara ini akan memberi kontribusi berarti pada kebintangannya. “To Die For”, diyakini betul oleh Nicole akan ‘melindungi bakat aktingnya’.
“Ketika saya mendengar tentang peran Suzanne di film “To Die For”, saya berpikir, bahwa saya tidak akan mendapatkannya. Itu (peran Suzanne) akan ditawarkan kepada seseorang. ‘So, saya menelepon Gus (Van Sant) di rumahnya dan ia melayani telepon saya. Saya katakan kepadanya bahwa saya pernah menonton filmnya “Drugstore Cowboy’ dan saya benar-benar menginginkan untuk bekerja sama dengannya. Saya berkata bahwa saya ditakdirkan untuk bekerja dengannya,” kata Nicole. Selama 30 menit pembicaraan lewat telepon itu, segala daya rayuan dikeluarkan Nicole. Segala puji-puji atas film-film karya Gus, dilontarkan semelambung mungkin. Alhasil, Gus mempercayakan peran Suzanne kepada Nicole.
Film itu membawanya mendapatkan perhargaan Golden Globe. Jauh lebih penting, ia pun mendapatkan peran Dr. Chase Meridian dalam film “Batman Forever” (1995). Nic, begitu biasa ia disapa, bermain pula di film “Portrait Of A Lady” arahan sutradara Jane Campion, pementor keartisannya itu.
Berikutnya film-film yang dibintangi Nic yang menjadi catatan para kritisi adalah film “The Peacemaker”, “Eyes Wide Shut”, dan “Moulin Rouge!”. Puncaknya “The Hours”, dimana dia mendapatkan Oscar (2002) pertamanya sebagai penulis novel yang mengalami depresi berat bernama Virginia Woolf.
Prestasi gemilang yang dicatatnya itu lebih diartikan sebagai ketaatannya mendengar nasehat Jane Campion ,”Lindungi Bakatmu!”
Berkah Yang Tersembunyi
TERKADANG orang menganggap bahwa Nicole Kidman, menjadi bagian bintang papan atas Hollywood lebih dikarenakan faktor Tom Cruise. Ia lebih terkesan sebagai Nyonya Cruise daripada seorang Nicole Kidman. Sehingga orang mengasosiasikan perceraiannya (2001) dengan Tom sekaligus akan mengakhiri kariernya sebagai bintang.
Nyatanya, bukan itu kenyataannya. Perceraian itu bahkan menghasilkan sebuah berkah yang tersembunyi. A blessing in disguise! Pada saat bersamaan, pada saat kondisi Nicole sedang pada situasi sulit atas perceraian dengan Cruise itu, Nicole harus shooting film “The Hours” (dibuat tahun 2001, dirilis tahun 2002), memerankan tokoh Virginia Woolf yang gelisah dalam hidupnya (dibuat tahun 2001, dirilis tahun 2002). Situasi sulit itu, nyatanya membantu Nicole dalam mentranformasikan diri ke dalam peran seorang penulis Inggris yang sedang mengalami depresi berat itu.
Peran itu pulalah yang menegaskan bahwa betapa ia bisa tegar, kuat, dan tampil sebagai sosok perempuan yang lebih bermartabat.
Sang sutradara “The Hours”, Stephen Daldry, semula pesimis Nicole mampu berperan pada situasi sulit akibat perceraian sang bintang. Tapi Stephen Daldry nampaknya lupa, bahwa secara emosional kondisi Nicole bahkan memungkinkan memerankan tokoh Virginia Woolf.
Belakangan film itu memberinya berbagai penghargaan. Selain sebagai aktris terbaik Oscar 2002, ia juga diganjar aktris terbaik oleh lembaga penghargaan seperti Golden Globe dan Bafta. Hebatnya lagi, bersamaan dengan perceraian itu, Nicole tidak hanya mampu berperan maksimal dalam film “The Hours”. Di tahun yang sama, ia juga melakukan shooting dan berperan dalam film “The Moulige Rouge” dan “The Others” (2001).
Dalam film terbarunya, “The Inerprefer”, Nicole berperan sebagai seorang pekerja PBB. Film yang juga di bintangi oleh pemenang Aktor Terbaik Oscar Sean Penn itu bisa menjadi pembuktian, seberapa kuat konsistensi Nicole pada nasehat Jane Campion “Lindungi Bakatmu!”. ***Gustiana/Hello! Dan sumber lainnya